Inflasi NTT Terkendali
Inflasi Provinsi NTT tercatat sebesar 2,30% (yoy) dan masih terjaga dalam rentang sasaran inflasi nasional yaitu 2,5% dengan deviasi ±1%. Berdasarkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) per kabupaten dan kota, hanya Kabupaten Ngada yang mencatatkan inflasi di luar rentang sasaran nasional yakni sebesar 3,90% (yoy) pada periode yang sama.
Demikian penyampaian Adidoyo Santoyo, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT di depan Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena saat menghadiri Rapat Pembahasan Perkembangan Perekonomian dan Inflasi Provinsi NTT yang digelar di Ruang Lasiana, Kantor Perwakilan BI NTT hari ini, Kamis (16/10). Meski secara umum terkendali, ditekankan perlunya upaya pengendalian inflasi jangka pendek, khususnya untuk menjaga stabilitas harga bahan pangan yang menunjukkan tren kenaikan. Pada triwulan ketiga ini, inflasi bahan pangan tercatat mencapai 4,41%, terutama disebabkan oleh meningkatnya harga bawang merah, cabai rawit, ikan kembung, beras dan tomat.
"Ke depan, inflasi Provinsi NTT pada akhir tahun 2025 diprakirakan masih akan berada dalam rentang sasaran nasional 2,5% dengan deviasi ±1%, meskipun terdapat risiko kenaikan pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yang berpotensi melampaui batas atas sasaran inflasi nasional sebesar 5%," tambahnya.
Kegiatan yang diselenggarakan Kantor Perwakilan BI NTT ini dihadiri Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) NTT, Adi Setiawan, Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi NTT, Selfi Nange, Kepala BPS Provinsi NTT, Matamira Bangngu Kale serta sejumlah pengamat ekonomi. Forum strategis ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan ekonomi daerah, baik dari sektor fiskal, moneter, statistik, maupun pemerintahan daerah. Tujuannya untuk membahas isu-isu strategis terkait perkembangan perekonomian dan pengendalian inflasi di provinsi ini, memperkuat koordinasi dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang inklusif.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Perwakilan BI NTT memaparkan perkembangan perekonomian daerah pada kuartal ketiga tahun 2025. Menurutnya, kinerja produksi dan ekspor sektor primer masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi NTT, tercatat tumbuh sebesar 5,44% (year of year). Pertumbuhan ini juga ditopang oleh penguatan sektor perdagangan yang menunjukkan tren positif.
Lebih lanjut disebutkan, perekonomian daerah kita tetap tumbuh kuat, seiring dengan prospek penguatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta perbaikan kinerja investasi. Meski demikian, Adidoyo menyampaikan bahwa laju pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan capaian triwulan kedua 2025, terutama akibat penurunan produksi padi dan peningkatan impor komoditas konsumsi.
“Secara keseluruhan, perekonomian NTT sepanjang tahun 2025 diperkirakan tumbuh di kisaran 4,4 hingga 5,0%, lebih tinggi dibandingkan prakiraan sebelumnya yaitu 4,2 hingga 4,9%. Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kinerja sektor pertanian dan perdagangan yang solid, prospek aktivitas pariwisata yang membaik, serta dukungan stimulus daya beli pemerintah,” jelasnya.
Dalam forum juga disoroti sejumlah isu utama yang berpotensi memengaruhi perekonomian dan inflasi NTT tahun ini antara lain penurunan konsumsi rumah tangga akibat menurunnya optimisme masyarakat, rencana penurunan Transfer ke Daerah (TKD) dan Dana Desa Tahun 2026, serta dampak pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Untuk menjawab tantangan tersebut, forum merekomendasikan langkah koordinatif dan sinergis antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan lembaga keuangan, dengan fokus untuk menjaga daya beli masyarakat melalui belanja produktif dan belanja sosial pemerintah, memperkuat koordinasi kebijakan fiskal, meningkatkan produktivitas pertanian, digitalisasi PAD, serta memperkuat rantai pasok lokal mendukung pemenuhan kebutuhan program MBG.
Gubernur Melki kemudian memberikan tanggapannya, melihat tren positif perkembangan ekonomi hingga akhir September tahun ini. Ditegaskan bahwa inflasi daerah tetap terkendali, meskipun tantangan ekonomi nasional dan global masih cukup berat. “Kita bersyukur inflasi di NTT masih dalam batas aman, di tengah kondisi yang tidak mudah, di tengah potensi tekanan harga bahan pangan dan energi,” ujarnya.
Menurut Gubernur, fokus ke depan adalah menggerakkan sektor pertanian dan perkebunan secara lebih produktif agar pertumbuhan ekonomi kita terus berkelanjutan dan memberi dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Ia juga menegaskan pentingnya kesiapan menghadapi musim tanam dengan memastikan kebutuhan produksi dan distribusi pertanian dapat dipenuhi secara tepat waktu. Beliau juga mendorong penguatan ekosistem perbankan daerah agar sektor pertanian NTT mendapat dukungan pembiayaan yang memadai.
“Perlu skema yang memungkinkan petani kita masuk dalam sistem pembiayaan perbankan agar kegiatan pertanian bisa lebih produktif dan berkelanjutan,” ucap Politisi Golkar itu. Lebih jauh, diarahkan agar aset-aset milik Pemerintah Provinsi NTT dapat dikembangkan melalui model bisnis yang memberi nilai tambah dan keuntungan bagi daerah. Dengan berbagai kekuatan yang dimiliki, Gubernur menerima dan siap menindaklanjuti seluruh rekomendasi pertemuan.